Kamis, 10 Mei 2018

Mengapa Harus Ada Lembaga Yang Mengawasi Bank Nasional di Indonesia?

Menurut saya, memang sudah seharusnya ada lembaga yang mengawasi bank nasional yang ada di indonesia. Perlu kita ketahui peranan bank di Indonesia sangat penting khususnya dalam pembangunan ekonomi, dimana bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak penyimpan dana sebagai pihak yang surplus dana dengan pihak yang membutuhkan dana sebagai pihak yang minus dana. Jika pihak yang membutuhkan dana, memperoleh dana dari bank dan digunakan untuk kegiatan usaha yang produktif, menyerap tenaga kerja banyak, menghasilkan barang/jasa yang punya nilai lebih, maka tujuan perbankan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Jika tidak adanya pengawasan dari lembaga tertentu terhadap bank nasional yang ada di Indonesia mungkin saja pembangunan ekonomi di negara Indonesia terhambat karena adanya penyimpangan fungsi bank di Indonesia.

Sejarah Bank Indonesia

Sejarah Berdirinya Bank Indonesia



Kembali di era pemerintahan Hindia-Belanda, De Javasche Bank didirikan tepatnya pada tahun 1828. De Javasche Bank bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Kira-kira satu abad kemudian, tepatnya pada tahun 1953, Bank Indonesia dibentuk dengan menggantikan fungsi dan peran De Javasche Bank. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia saat itu memiliki tiga fungsi utama yaitu di bidang perbankan, moneter, dan sistem pembayaran. Selain itu, Bank Indonesia juga diberi wewenang untuk melakukan fungsi bank komersial sebagaimana pendahulunya.

Lima belas tahun kemudian pemerintah menerbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang isinya  mengatur tentang tugas serta kedudukan Bank Indonesia. Undang-Undang ini tentunya juga sebagai pembeda atas bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Setelah diterbitkan Undang-Undang tersebut, Bank Indonesia juga memiliki tugas tambahan yaitu membantu pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.



Pada tahun 1999 Bank Indonesia memasuki era baru dalam sejarah sebagai Bank Sentral independen yang memiliki tugas dan wewenang untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tugas tersebut ditetapkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999.

Setelah itu, beberapa amendemen Undang-Undang Bank Indonesia dilakukan. Pertama pada tahun 2004, UU Bank Indonesia diamendemen dengan konsentrasi pada aspek penting yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Amendemen selanjutnya yaitu pada tahun 2008 ketika pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999. Dalam perubahan tersebut ditegaskan bahwa Bank Indonesia juga berperan sebagai bagian dari upaya dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Perubahan Undang-Undang tersebut ditujukan untuk mewujudkan ketahanan perbankan secara nasional untuk menanggulangi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap layanan pembiayaan jangka pendek dari BI.

Sumber : https://www.cermati.com/artikel/mengenal-bank-indonesia-sejarah-berdiri-tugas-dan-tujuannya

Sejarah 5 Bank Tertua di Indonesia

1.Sejarah Bank Rakyat Indonesia : Tahun 1895

1895

Lahirnya BRI

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

1946

BRI Pasca Kemerdekaan RI

Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.

1960

Peleburan BRI, BKTN, & NHM

Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

1992

BRI Hari Ini

Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia

2. Sejarah Bank Tabungan Negara : Tahun 1897


Kelahiran BTN Jaman Belanda

Bank BTN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Cikal bakal Bank BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897, pada masa pemerintah Belanda.

Kelahiran Bank BTN Pada Masa Pemerintahan Jepang

Pada 1 April 1942 Postparbank diambil alih pemerintah Jepang dan diganti namanya menjadi Tyokin Kyoku.

Kelahiran Bank BTN Pada Masa Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku diambil alih oleh pemerintah Indonesia, dan namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos RI. Usai dikukuhkannya, Bank Tabungan Pos RI ini sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia. Pada tanggal 9 Februari 1950 pemerintah mengganti namanya dengan nama Bank Tabungan Pos.

Kelahiran Bank BTN Pada Masa Diperalihan Zaman

Tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal Bank BTN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 tahun 1963 Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya menjadi Bank Tabungan Negara. Dalam periode ini posisi Bank BTN telah berkembang dari sebuah unit menjadi induk yang berdiri sendiri.

Mulai Berdirinya Bank BTN dari Sebuah Unit Menjadi Induk

Kemudian sejarah Bank BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974 sebagai wadah pembiayaan proyek perumahan untuk rakyat. Sejalan dengan tugas tersebut, maka mulai 1976 mulailah realisasi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) pertama kalinya oleh Bank BTN di negeri ini. Waktu demi waktu akhirnya terus mengantar Bank BTN sebagai satu-satunya bank yang mempunyai konsentrasi penuh dalam pengembangan bisnis perumahan di Indonesia melalui dukungan KPR BTN.

Sumber : https://www.btn.co.id/id/Tentang-Kami

3. Sejarah Bank QNB Kesawan : Tahun 1913


Adalah Khoe Tjin Tek dan Owh Chooi Eng mendirikan NV Chunghwa Shangyeh (The Chinese Trading Company Limited) di Medan, Sumatera Utara, pada 1913. Sebagai pendiri Khoe Tjin Tek dan dan Owh Chooi Eng bertindak masing-masing sebagai Direktur Utama dan Komisaris Utama. NV Chunghwa Shangyeh bergerak dalam bidang simpan pinjam keuangan selain juga bergerak di bidang perdagangan umum.

Setelah kemerdekaan pada 1958 NV Chunghwa Shangyeh resmi melakukan kegiatan sebagai Bank Umum dan pada 1962 bentuk usaha berganti menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Chunghwa Shangyeh.

Pada 1965, PT Bank Chunghwa Shangyeh berganti nama menjadi PT Bank Kesawan dan untuk lebih memantapkan posisi bank maupun pengembangan usaha yang lebih baik, Kantor Pusat Bank Kesawan hijrah ke Jakarta pada 1990.

Pada 2010 silam, Qatar National Bank (QNB), lembaga keuangan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, mengakusisi Bank Kesawan, dan pada 27 Desember 2011, berganti nama menjadi PT Bank QNB Kesawan Tbk.
Sumber : http://inspirasi-motivasi-hidup.blogspot.com/2014/06/info-bank-10-bank-tertua-di-indonesia.html

4. Sejarah Bank CIMB Niaga : Tahun 1995

Berdiri pada 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di BEI dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia/BEI) pada 1989.
Pemerintah Indonesia pernah menjadi pemegang saham mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan 1997-1998. Pada November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Pada Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.

Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada 30 September 2005. 

Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.

Sumber : http://inspirasi-motivasi-hidup.blogspot.com/2014/06/info-bank-10-bank-tertua-di-indonesia.html

5. Sejarah Bank Central Asia : Tahun 1957

Pada tahun 1955 NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA). BCA didirikan oleh Sudono Salim pada tanggal 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta.

Pada tanggal 1 Mei 1975, pengusaha Mochtar Riady bergabung di BCA. Ia memperbaiki sistem kerja di bank tersebut dan merapikan arsip-arsip bank yang kala itu ruangannya jadi sarang laba-laba.[1]

BCA melakukan merger dengan dua bank lain pada 1977. Salah satunya Bank Gemari yang dimiliki Yayasan Kesejahteraan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kantor Bank Gemari pun dijadikan kantor cabang BCA. Merger itu membuat BCA bisa menjadi bank devisa.[1]

Menurut George Junus Aditjondro, anak-anak Soeharto yang memiliki saham di BCA adalah Siti Hardiyanti (Tutut) dan Sigit Jarjojudanto. Menurutnya, keduanya sempat memiliki 32 persen saham di BCA.[2]

Awal tahun 1980an, BCA mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia agar diperbolehkan mengeluarkan dan mengedarkan kartu kredit atas nama BCA yang berlaku internasional. Untuk itu, BCA bekerjasama dengan MasterCard.[1] BCA juga memperluas jaringan kantor cabang secara agresif sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun pengembangan teknologi informasi, dengan menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA.

Di tahun 1990-an BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine). Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA bekerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA.

Di tahun 2002, FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement. Tahun 2004, BPPN melakukan divestasi atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas dan tahun 2005, Pemerintah Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan divestasi seluruh sisa kepemilikan saham BCA sebesar 5,02%.

Pada periode 2000-an BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, internet banking KlikBCA, mobile banking m-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, BCA Finance. Tahun 2007, BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap. BCA meluncurkan kartu prabayar, Flazz Card serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksi. BCA secara proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksi. Tahun 2008 & 2009, BCA telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional. BCA membuka layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth individual.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Central_Asia

Tugas 1 Perhitungan Kredit Dengan Flat Rate dan Sliding Rate

1. Pada Tanggal 25 Maret 2006 PT.Andika Karya Tuan Andi mendapat persetujuan pinjaman investasi dari Bank ABC senilai Rp 12.000.000,- untuk jangka waktu 1 tahun. Bunga yang dibebankan. Bunga yang dibebankan sebesar 24% pa.

Pertanyaan :
Hitunglah cicilan setiap bulannya jika dihitung dengan metode Flat Rate dan Sliding Rate!
Pada kasus ini untuk mendapatkan pinjaman pokok menggunakan NPM digit terakhir.

Diketahui :
- Pinjaman Investasi x NPM digit terakhir  : 
  • Rp 12.000.000 x 5 = Rp 60.000.000 
  • Jangka Waktu = 1 Tahun (12 bulan)
  • Bunga Pinjaman 24% pa
Jawaban Pembebanan Bunga dengan Metode Flat Rate :
- Menghitung pokok pinjaman (pj) per bulan sebagai berikut
  • PJ = Jumlah Pinjaman / Jangka Waktu
  • PJ = 60.000.000 / 12 bulan = Rp 5.000.000
- Menghitung bunga (bg) per tahun :
  • BG = 60.000.000 x 24% / 12bulan = Rp 1.200.000
Jadi, jumlah angsuran setiap bulan adalah
  • Pokok Pinjaman Rp 5.000.000
  • Bunga Rp 1.200.000
  • Jumlah Angsuran Rp 6.200.000
Jumlah angsuran ini setiap bulan sampai dengan 12 bulan.

Jawaban Pembebanan Bunga dengan Metode Sliding Rate :
- Bunga = % bunga 1 tahun x (sisa pinjaman) / 12 bulan
- Angsuran bulan ke-1 adalah
  • Pokok Pinjaman Rp 5.000.000
  • Bunga = 24% x Rp 60.000.000 / 12 bulan = 1.200.000
  • Jumlah angsuran 1 = Rp 6.200.000
- Angsuran bulan ke-2 adalah
  • Pokok Pinjaman Rp 5.000.000
  • Bunga = 24% x Rp 55.000.000 / 12 bulan = 1.100.000
  • Jumlah angsuran 2 = Rp 6.100.000
Demikian pula seterusnya untuk bunga bulan ke 3 sampai bulan 12 perhitungan bunganya tetap dihitung dari sisa pinjamannya.

Tabel Perhitungan Kredit Dengan Flat Rate dan Sliding Rate

BLN
Sisa Pinjaman
Cicilan Pokok
Flat Rate
Sliding Rate
Bunga
Total Cicilan
Bunga
Total Cicilan
0
Rp 60.000.000
0
0
0
0
0
1
Rp 55.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
2
Rp 50.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 1.100.000
Rp 6.100.000
3
Rp 45.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 1.000.000
Rp 6.000.000
4
Rp 40.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 900.000
Rp 5.900.000
5
Rp 35.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 800.000
Rp 5.800.000
6
Rp 30.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 700.000
Rp 5.700.000
7
Rp 25.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 600.000
Rp 5.600.000
8
Rp 20.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 500.000
Rp 5.500.000
9
Rp 15.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 400.000
Rp 5.400.000
10
Rp 10.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 300.000
Rp 5.300.000
11
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 200.000
Rp 5.200.000
12
0
Rp 5.000.000
Rp 1.200.000
Rp 6.200.000
Rp 100.000
Rp 5.100.000
Total
Rp 14.400.000
Rp 74.400.000
Rp 7.800.000
Rp 67.800.000

- Terdapat Selisih dari kedua metode
  • Rp 74.400.000 - Rp 67.800.000 = Rp 6.600.000